Titik Mula: Sebuah Kegelisahan yang Menjadi Awal Mula Sebuah Gerakan
Fajar Dwi Noviantoro, Kolaborator Program Titik Mula – Sering kali kita mendengar bahwa anak muda sekarang (Gen-Z) disebut sebagai generasi stroberi. Generasi yang menggambarkan anak muda yang begitu menarik dari luar, seperti kecantikan, ketampanan, dan gaya yang fashionable. Sehingga sangat menarik dan memikat untuk dipandang oleh mata. Di sisi lain, generasi stroberi ini dianggap sangat rentan, lembek karena mudah rapuh oleh tekanan dan kritikan, sehingga dianggap mudah menyerah dan tidak memiliki integritas yang baik. Apakah benar pernyataan tersebut?
Generasi Stroberi?
Istilah generasi stroberi berasal dari Taiwan, sekitar awal 2000 an. Dalam bahasa Mandarin disebut dengan cǎoméi zú ( 草莓族), artinya “kelompok stroberi”. Sebutan stroberi ini lahir karena sebuah kritikan generasi atas (baby boomers atau generasi x) terhadap perilaku anak muda yang mudah sensitif, tidak tahan banting dan mudah menyerah di lingkungan pekerjaaan. Tentu ini adalah sikap dan pernyataan yang subjektif. Klaim tersebut perlu dipertanyakan ulang (rethinking). Oleh karena itu, tulisan ini hadir untuk melihat dengan cara pandang yang lebih luas, multiperspektif.
Adanya labelisasi terhadap anak muda sekarang tentu bukan tanpa alasan. Perbedaan nilai dan kondisi sosial budaya serta ekonomi generasi atas dan sekarang menjadi titik utamanya. Di era saat ini dengan perkembangan teknologi yang pesat memberikan dampak yang besar terhadap tatanan sosial dan budaya masyarakat. Sehingga tidak bisa disamakan di generasi sebelumnya. Setiap era memiliki tantangan dan cara hidup masing-masing. Akan tetapi, kritikan dan masukan dari generasi atas juga perlu direfleksikan sebagai bekal hidup. Apakah benar kita adalah orang yang mudah menyerah? Apakah kita adalah orang yang apatis terhadap lingkungan sosial? Apakah kita lebih sibuk merias diri (yang tampak dari luar) daripada merawat jiwa (values hidup kita)? Tentu yang bisa menjawab adalah diri kalian masing-masing. Mari berefleksi!

